Setiap santri berlari dengan raut wajah penuh penasaran, antara bingung, kaget, sedih atau senang.
Mereka berebut saling dorong-mendorong didepan papan pengumuman yang berada di belakang Kantor Pengasuhan Santri.
Mading tersebut berisikan informasi perpindahan kamar seluruh santri. Tentu saja info tersebut menjadi info utama yang mereka nanti-nanti, bahkan sejak sebelum liburan.
Setelah ada pengarahan dan intruksi dari Kepala Asrama dan TIM nya, mereka sudah diperkenankan untuk melihat hasil musyawarah perpindahan kamar.
Pengarahan tersebut dilakukan pada malam harinya.
Setelah sholat subuh berjamaah (23/06/2019), seluruh santri berkumpul ditengah lapangan, untuk pembagian tugas kebersihan sebelum perpindahan kamar dilaksanakan.
Setiap santri bersiap-siap merapihkan semua barang yang akan dipindahkan kekamar baru mereka.
Semua barang milik para santri sudah tertumpah ruah didepan kamar mereka masing-masing.
Mobil pesantren pengangkut barang juga ikut terjun membantu pengangkutan lemari para santri.
Tatapi ada saja yang mereka angkut sendiri bergantian dengan teman-temannya.
Untuk barang-barang yang ringan bisa mereka bawa sendiri sambil berjalan ramai dengan santri yang lain.
“Cape ustadzah….tapi seru banget, ana dari kamar 159 pindah ke kamar bangunan baru. Ustadzah tau? Disana keren banget… kalau kita keluar kamar, gunung Binangkit langsung kelihatan… Indah… Sekali.” Ungkapan Shofwa santri kelas 5 TMI yang sedang sibuk membawa barang
“Ustadzah ayo kita foto, biar capenya ilang, hehehe” Teriak santri lain yang sedang asyik berjalan.
Banyak sekali wajah-wajah riang dengan senyuman yang memukau penuh keikhlasan.
Suasana seperti inilah yang sengaja diciptakan untuk pembentukan mental dan karakter. Sesuai dengan Panca Jiwa Pesantren yang ketiga, yaitu Jiwa Kemandirian.
Jiwa kesanggupan menolong diri-sendiri yaitu jiwa yang menimbulkan pada seseorang sikap hidup tanpa mengandalkan ketergantungan kepada orang lain.
Setiap santri didik untuk mengurus segala kepentingannya sendiri. Pakaian yang kotor dicuci sendiri, kamar yang kotor disapu sendiri, pengeluaran uang dianggarkan sendiri.
Didikan ini merupakan senjata hidup yang ampuh dan amat sesuai dengan etos kerja Islami.
Bukan hanya itu, tetapi juga Jiwa Ukhuwah Islammiyah. Kehidupan di pesantren dijalin oleh ikatan persaudaraan yang akrab, sehingga kesenangan dirasakan bersama, semua kesulitan ditanggung bersama.
Jiwa ukhuwah Islamiyah ini bukan saja mendasari kehidupan santri selama di pesantren, tetapi juga mempengaruhi kehidupan mereka setelah terjun di masyarakat luas.
Ukhuwah ini sangat penting untuk mewujudkan persatuan umat. Persatuan umat hanya akan menjadi slogan kosong manakal ukhuwah Islamiyah ini tidak tertanam pada diri setiap muslim. (WARDAN/Mbafer)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar