Sabtu, 30 Maret 2019

Tes Santri Baru Gelombang 2

Sebagai Tuan Rumah Komite Khittah NU, Darunnajah Tegaskan Tetap Berdiri Di Atas Dan Untuk Semua Golongan

Ngaji Khittah NU di Pondok Pesantren Darunnajah

Halaqah Komite Khittah Nahdlatul Ulama (NU) 1926 ke-7 digelar di Pesantren Darunnajah, Jakarta, Minggu (3/30/2019).

Hadir di acara ini sejumlah tokoh penting NU diantaranya; K.H Salahuddin Wahid (Gus Solah), Gus AAM Wahab, K.H Nasihin, K.H Abdullah Muchit (Malang), Drs. K.H Choirul Anwar dan sejumlah Habaib.

“Ahlan Wa Sahlan kami ucapkan kepada Kiai yang hadir di Pondok Pesantren Darunnajah, kemarin Kiai meminta Darunnajah untuk memfasilitasi kegiatan ini, kami merasa senang karena bisa berjumpa dengan Kyai. Mohon maaf bila banyak kekurangan atas sambutan kami. Yang penting do’a antum agar Darunnajah tetap Istiqomah berdiri mendidik santri-santri,” kata K.H Sofwan Manaf selaku Pimpinan Pesantren Darunnajah saat menyampaikan sambutan.

Gus Solah menjelaskan mengapa Halaqah Komite Khittoh NU 1926 ke-7 ini digelar di Pesantren Darunnajah.

“NU ini organisasi besar yang mengayomi umat muslim Indonesia, Wajar jika Darunnajah memfasilitasi dikarenakan adanya kepedulian terhadap ormas yang baik,” kata Gus Solah.

Gus Solah lalu menyampaikan beberapa hal mengenai kewajiban kembalinya NU ke Khittoh (garis perjuangan) yang sudah di tetapkan para pendahulu.

Ini untuk menegaskan bahwasannya politik NU bukanlah politik kekuasaan melainkan politik kebangsaan, keumatan dan kemanusiaan.

Halaqoh yang diadakan ini dimaksudkan untuk Ngaji bareng tentang Khittah NU.

“NU itu didirikan untuk melayani umat Islam di Indonesia, bukan untuk menguasai umat, yang dimaksud dangan kembali ke khittoh itu seperti itu,” kata Prof. Dr. KH. Tolchan Hasan lewat rekaman Video yang diputar pada Halaqoh ke-5.

Gus Solah pada pidato pembukaannya juga menekankan saat berlangsungnya dialog agar hadirin yang berbicara tidak mengajak untuk memilih Pasangan Calon Presiden 01 ataupun Pasangan Calon Presiden 02.

“Kalau kita memihak kepada salah satu paslon, maka kredibilitas kita diragukan dan ikhtiar kita tidak akan memberi hasil seperti yang diharapkan,“ ujar Gus Solah.

Sesi dialog antara hadirin dan Gus Sholah di acara ini berlangsung seru, terlihat tamu yang datang antusias membahas isu yang ada.

Acara yang harusnya berakhir pada pukul 14.00 WIB sesuai yang tertera di jadwal kegiatan menjadi molor.

Moderator menambahkan waktu karena rentetan pertanyaan masih mengantre untuk dijawab.

Jumat, 29 Maret 2019

Behind The Scene Film Negeri 5 Menara Series

Silaturrahim Wakil Rektor International University of Africa,dengan Pimpinan Pesantren Darunnajah

 

DARUNNAJAH.COM- Jum’at (29/03/2019) Wakil Rektor University of Africa Prof. Mahmoud Abdulrahman El Sheikh mengunjungi Pondok Pesantren Darunnajah, untuk bersilaturrahim dengan Pimpinan Pesantren KH. Sofwan Manaf.

Sejarah mengenai University of Africa Pada awalnya memiliki nama Ma’had al-Islami al-Ifriqi, kemudian menjadi Markaz al-Islami al-Ifriqi, kemudian menjadi Jamiah Ifriqiya al-‘Alamiyah/International University of Africa.

saat ini University of Africa memiliki 22 fakultas dan 3 pusat studi, tercatat 15.000 mahasiswa yang sedang belajar di kampus tersebut, diantaranya 11.000 mahasiswa Program Sarjana dan 4.000 mahasiswa Pasca Sarjana

Baik Pondok Pesantren Darunnajah dan University of Africa, keduanya adalah lembaga yang sama-sama berjuang di ranah pendidikan. Dengan landasan tersebut, untuk membuat kerjasama diantara Darunajah dan Univeristy of Africa hingga masa yang akan datang, di buatlah MOU (Memorandum Of Understanding).

Kerjasama yang dibuat untuk memberikan jembatan diantara kedua lembaga, dan demi  kemajuan pendidikan untuk siswa. Wakil Rektor University of Africa datang ke darunnajah hari ini pun untuk menindak lanjuti kerjasama tersebut.

 

 

 

Selasa, 26 Maret 2019

Olahraga yang Menyehatkan Untuk Jantung

Seorang Santri Adalah Calon Pemimpin Negri

Pendaftaran Santri Baru Darunnajah Gelombang Kedua.

Baca Tulis Al Quran Kelas 4 di Pondok Pesantren Darunnajah.

Kunjungan Wakil Ketua MPR RI Dr. H. Muhammad Hidayat Nur Wahid, M.A. di Pondok Pesantren Darunnajah

Kunjungan Wakil Ketua MPR RI Dr. H. Muhammad Hidayat Nur Wahid, M.A. di Pondok Pesantren Darunnajah.

(DN.COM/almas_khalishah)

Senin, 25 Maret 2019

Mengetahui Ciri-Ciri Dari Globalisasi.

Hakikat globalisasi globalisasi berasal dari kata global yang berarti bola dunia.

Ia pun dapat diartikan sebagai tindakan yang mendunia.

karena dunia yang luas dimiliki oleh satu bangsa yaitu bangsa dunia atau warga dunia.

Di dalam hal ini globalisasi sendiri memiliki beberapa ciri-ciri contohnya sebagai berikut :

A. Perubahan dalam konsep ruang dan waktu

Perkembangan seperti televisi telepon genggam dan internet menunjukkan bahwasanya komunikasi berkembang sangat cepat.

Dari mobilitas ini dapat memungkinkan kita merasakan beragam kebudayaan yang ada di berbagai negara dan dunia.

B. Ketergantungan ekonomi

Dalam bidang ekonomi dan perdagangan menimbulkan rasa saling bergantung.

Inilah yang timbul akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional.

Peningkatan perusahaan multinasional serta dominasi masalah perdagangan dunia contohnya WTO.

C. Peningkatan interaksi kultural

Hal ini disebabkan oleh media radio televisi film dan musik internasional.

Akibatnya kita dapat mengkonsumsi berbagai macam budaya seperti dalam bidang mode sastra dan makanan.

D. Meningkatkan masalah bersama

Terdapat pada masalah dalam bidang lingkungan hidup krisis multinasional inflasi regional dan lain-lain.

Contohnya ialah peristiwa nuklir Chernobyl pada tahun 1986 yang berdampak pada kerusakan ekologi dunia sampai tahun 2012.

Beberapa lahan di wilayah lake district wales masih mengalami radiasi cukup tinggi akibat kecelakaan yang terjadi.

Ini semua merupakan ciri-ciri awal munculnya globalisasi di dunia.

Dari beberapa hal ini dapat menambah pengetahuan kita tentang globalisasi.

(Adm-dn9 tiasty)

 

Dekatkanlah Dirimu Kepada Allah SWT

Ketika malam ta’ziah, Ust. Ustadz Abdul Somad عبد الصمد hafizhahullah bercerita mengenang almarhumah Ibundanya, “Mak ku tu, gemar bersedekah. Setiap melihat orang susah, pasti cerito ke kami untuk membantu orang tersebut. Tapi dia tak pernah minta ke aku. Hanya cerito sajo, kalau duitnyo tak cukup untuk membantu. Aku paham, ujung-ujungnyo pasti tambahan untuk sedekah itu.”

Beliau juga bercerita, ketika sampai di bandara Medan waktu wafat maknya, dijemput oleh Pak gubernur. Ungkapnya, “Pas saya keluar bandara, langsung dikasih pak Edi duit, tebal (sembari merenggangkan jempol dan telunjuknya). Teringat saya, rupanya duit mak dulu yg dimasukkannya ke amplop yg tipis tu. Setiap kotak tu, duit, duit, duit. Itulah yg dia bagi. Itu duit dia sendiri, entah dia tahan selera makan dia, atau duit sawitnya yg dibagi-bagi. Dia tak pernah minta duit. Hari ini, Allah perlihatkan balasannya.”

Kalau kenduri (mengundang orang tuk makan-makan) di Silau Laut, mak saya selalu masak rendang sendiri di Pekanbaru. Tak pernah pesan di katering. “Kenapa mak buat rendang jauh-jauh di Pekanbaru, tidak di Asahan sajo?” Tanya ku. Jawab mak saya, “Aku tak tau yg memasak ghondang (rendang) tu, bebasuh konciangnyo apo tidak (maksudnya, dalam keadaan berwudhu atau tidak).” Ternyata mak saya tu kalau memasak, selalu mencuci beras, ikan jo daging, di akhirnyo selalu disirami jo air sholawat. Baju pun dicucinyo jo air shalawat. Patutlah berkah hidup ini. Makanya, yg bertuah itu bukan saya, tapi mak (terlihat mata beliau berkaca-kaca menahan tangis).

Lanjut beliau, “Mak saya sangat perhatian dalam pendidikan anaknyo. Waktu kecil, mak selalu menghantarkanku ke guru-guru ngaji dengan rotan yg sudah dibelah empat. “Ini aku serahkan anakku, Abdul Somad, ini rotan. Tolong ajari anakku. Kalau jahat Somad ni nanti, pukullah cu (panggilan untuk yg lebih kecil). Pukullah cu.” Ujar mak saya. Begitulah mak saya, selalu menyerahkan aku ke guru-guru untuk belajar mengaji sejak kecik. Dan tak pernah lupa mengontrol pendidikan anaknya.

Setelah itu, beliau mengungkap tentang ibadah maknya. “Mak saya tu, kuat ibadahnya. Saya tak sanggup. Ba’da Maghrib ke isya, dia duduk di sajadah. Jam 9 dia tidur. Jam 2 bangun untuk shalat tahajjud & dzikir. Buku wiridnyo toba (tebal). Sudah tu, dia mandi sebelum shubuh. Setiap senin kamis puasa. Makanya pas dia wafat, dalam keadaan puasa sesudah sahur.”

Suatu hari, Ust. Abdul Somad pernah menguping percakapan antara maknya dan sahabatnya, uwak iti. “Apo kau do’akan anak kau?” tanya uwak Iti. “Dulu… waktu dia tu di Mesir, di Maroko, setiap malam ku bacakan anakku tu, 100 kali al-Fatihah. Tiap malam.” Jawab mak saya kepada sahabatnya tadi.

“Mak tak pernah cerita itu ke saya. Patutlah saya di Mesir, tak pernah sakit, tak pernah domom (demam), di Maroko pun sehat wal ‘afiyat. Tapi sekarang saya mulai khawatir, karena mak dah tiada. Tidak ada lagi do’a mustajab dari beliau.” Ungkap beliau.

Maa syaa Allah… Kesholehan seorang ibu, kunci kesuksesan dunia akhirat seorang anak. Do’a ibu adalah keberkahan hidup seorang anak. Patutlah engkau memiliki anak seperti gurunda Ust. Abdul Somad hafizhahullah. رحمك الله وغفر ذنبك يا أم

Teruntuk para ibu… Teruslah dekatkan dirimu kepada Allah. Ketuklah pintu Rabbmu di setiap penghujung malam dengan shalat dan munajatmu. Agar anakmu menjadi shaleh & hidup anakmu dalam berkah & ridho Rabbmu. Tidakkah engkau ingin seperti Hj. Rohanah rahimahallah, yg mendapatkan do’a kaum Muslimin dari seluruh penjuru negeri?

Teruntuk para anak… Teruslah cari ridho ibu dan ayahmu. Jangan berhenti berbuat kebaikan kepada & untuk mereka. Mintalah selalu do’a mereka. Khususnya do’a ibunda. Agar hidupmu penuh berkah dan ridho Rabbmu. Sehingga kebahagiaan selalu menyertai langkahmu. Tidakkah engkau ingin ibumu mendapatkan kedudukan mulia di sisi Rabbmu?

ربنا اغفر لنا ولوالدينا وارحمهما كما ربيانا صغارا وارفع درجتهما في الدنيا والآخرة… آميـــن

Kampung Syahadah, 17 Rajab 1440 H
Rasyid Minangkabawi