Sabtu, 09 Maret 2019

Rapat yang Baik Butuh Proses Pengambilan Keputusan yang Jelas

Membuat keputusan menjadi tantangan, terkadang menjadi kendala saat rapat berlangsung, dalam tulisan ini, jurnal yang menjadi referensi di website Harvard Business Review yang ditulis oleh Bob Frisch dan Cary Greene, menunjukan persoalan dan cara mengatasi pengambilan keputusan dalam sebuah rapat.

Ketegangan di ruangan itu meningkat. Grup itu sudah berada disasana selama 4 jam. Faktanya, tim ini 12 telah melalui dasarnya sama dengan tim lainya yang mendiskusikan hal sama, pada tiga kesempatan sebelumnya tapi tetap tidak dapat memukan keputusan pada masalah kritis : haruskah organisasi mendevistasikan operasi Amerika Selatan mereka atau beralih ke strategi yang berbeda ?

Ulasan mereka ada yang pro dan kontra lagi. Masing-masing dari pihak mereka memberikan data, dan rekomendasi mereka sendiri. Dan tetap menemukan jalan buntu.

Apa yang seharusnya dilakukan sebuah tim ketika bertugas membuat keputusan tapi tidak bisa mencapai keputusan ?

Selama enam putluh tahun lebih pengalaman bergabung Bersama dewan dan eksekutif di organisasi, mulai dari perusahaan multinasional fortune 10 hingga perushaan mitteisland Jerman, kita sudah melihat pemimpin memberikan banyak pemikiran untuk data dan analisis, diperlukan untuk memulai dan melanjutkan diskusi seperti ini. Tapi biasanya mereka tidak mempertimbangkan bagaimana mereka ingin menyelesaikannya

Kami tidak menyarankan mereka harus mengetahui terlebih dahulu keputusan apa yang akan diambil. Tetapi mereka harusnya tau bagaimana cara membuat keputusan yang nantinya tidak akan disetuji orang-orang.

Situasi dimana setiap orang di ruangan melaporkan kepada manager umum, dan orang itu hadir, tidak ada banyak isu. Jika tim tersebut tidak bisa memutuskan, maka bosnya yang akan memutuskan. Tapi dalam Organisasi yang sangat matriks saat ini, penutpan tanpa adanya konsensus akan menjadi  tantangan besar.

Anggota Tim- walaupun seorang exekutif individu- mungkin memiliki beberapa jalur pelaporan. Menemukan seorang “natural tiebreaker” – apakah satu ornag tau grup yang lainya- mungki melibatkan keputusan yang menaikan 2 atau tiga level- yang mana merupakan solusi yang tidak praktis di berbagai tempat, dan satu resiko itu menimbulkan efek yang tidka menguntungkan grup.

Ketika kita mennyakan klien kita “ apa yang terjadi diakhir percakapan jika keputusannya tidak jelas ? bagaimana tepatnya ini dibuat ?” jawabanya seringkali seperti ini “ mari kita lihat bagaimana kelanjutannya ”kami akan mencari tahu”

Kita tahu itu adalah ide yang buruk. Tim kamu seharusnya tidak mencoba untuk membuat kuputusan penting sampai semua orang mengerti. Apa yang terjadi jika anggotanya tidak dapat mencapai kesepakatan.

Maka, sebelum rapat membuat sebuah keputusan, jernihlan dalam membuat keputusan. Sebagai contoh, beritahu grup waktu untuk membuat keputusan adalah 90 menit dan jika tidak resolusi sampai waktu tersebut, isu akan di vote.

Walapun ini tampaknya jelas, pastikan untuk mempertimbangkan hasil bagaimana akan dipakai di ruangan ini.

Diawal karir Tom Wilson, sekarang kepala, president dan CEO The Allstate Corporation, untuk mengakihiri setiap pertemuan menggunakan bagan yang sederhana. Dari tiap keputusan yang signifikan aka nada 3 kolom “ya”,”tidak dan “menunda”. Ini membantu mendorong kejelasan dan penutupan dan membuat pertemuannya lebih efisien dan tegas.

Sebuah Tim tidak perlu terjebak dan berputar disekitar keraguan. Rapat hanya perlu dimulai denagn semua orang berfikir jernih bagaimana mereka akan berakhir.

(DN.com/Iffa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar