Rabu, 31 Oktober 2018

Adab Para Penuntut Ilmu

Berikut ini beberapa adab penuntut ilmu yang perlu diperhatikan:
1.  Jujur dan Ikhlas
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At Taubah: 119)
Rasulllah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal itu tergantung niat, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai yang ia niatkan.” (HR. Bukhari)
Nab shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memberitahukan, bahwa orang yang pertama kali menjadi bahan bakar neraka adalah tiga orang, yang salah satunya adalah orang yang belajar agama dan mengajarkannya agar disebut sebagai orang ‘alim, dan orang yang membaca Alquran agar disebut qari’ (sebagaimana dalam hadis riwayat Muslim),  nas’alullahas salaamah wal ‘aafiyah.
Oleh karena itu, hendaknya seorang penuntut ilmu meniatkan di hatinya untuk menggapai ridha Allah dan mendapatkan kampung akhirat, menyingkirkan kebodohan dari dirinya serta menghilangkan kebodohan yang menimpa orang lain. Dia pun hendaknya berniat untuk menegakkan agama Islam dan menjaganya, karena Islam terjaga dengan ilmu. Sikap zuhud dan takwa pun tidak mungkin dicapai dengan kebodohan.
2. Mencari Ilmu yang Bermanfaat
Di antara doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah,
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَ مِنْ دُعَاءٍ لاَ يُسْمَعُ وَ مِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ هَؤُلاَءِ الْأَرْبَعِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyu’, dari doa yang tidak didengar, dari jiwa yang tidak puas dan dari ilmu yang tidak bermanfaat. Aku berlindung dari empat hal itu kepada-Mu.” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i dari Ibnu ‘Amr, dan diriwayatkan oleh Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah dan Hakim dari Abu Hurairah, dan Nasa’i dari Anas, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1297).
Seorang penyair berkata,
مَا أَكْثَـرُ الْعِلْـمَ وَمَــا أَوْسَعَــهُ
مَنْ ذَا الَّـذِيْ يَقْــدِرُ أَنْ يَجْمَعَـهُ
إِنْ كُنْـتَ لاَ بـُدَّ لَـهُ طَـالِــبًا
مُحَاوِلاً، فَالْتَمِــسْ أَنْفَعَــــــــهُ
Alangkah banyak ilmu itu dan alangkah luasnya
Siapakah yang dapat mengumpulkannya
Jika kamu harus mencari dan berusaha kepadanya,
Maka carilah yang bermanfaat darinya.

3. Menyiapkan Alat Tulisnya

Imam Syafi’i berkata, “Sesungguhnya di antara penyebab terhalangnya ilmu adalah menghadiri majlis ilmu tanpa menyalinnya.”
Ada yang berkata, “Ikatlah ilmu dengan tulisan.” Ada pula yang berkata, “Ilmu itu binatang buruan, dan talinya adalah mencatat.”
Ada atsar (riwayat) dari Thawus, bahwa ketika ia menghadiri (majlis) Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, maka ia selalu menulis, sampai suatu ketika ia tidak memperoleh sesuatu untuk menulis, maka ia menulis di tangannya.”
4. Fokus Kepada Ilmu Tersebut
Ada seorang yang berkata,
الْعِلْمُ لاَ يُعْطِيْكَ بَعْضَهُ حَتَّى تُعْطِيَهُ كُلَّكَ
“Ilmu tidak akan memberikan sebagiannya kepadamu sampai kamu memberikan bagianmu semua kepadanya.”
5. Membersihkan Jiwa dari Akhlak yang Buruk
Ilmu yang bermanfaat adalah cahaya dari Allah yang diberikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Oleh karena itu, hendaknya seorang penuntut ilmu menjauhi dirinya dari hasad, riya’, ‘ujub, dan semua akhlak tercela. Imam Syafi’i berkata,
شَكَوْتُ إِلَى وَكِيْعٍ سُوْءَ حِفْظِيْ
فَأَرْشَدَنِيْ إِلَى تَرْكِ الْمَعَاصِى
فَإِنَّ الْحِفْظَ فَضْلٌ مِنَ اللهِ
وَفَضْلُ اللهِ لاَ يُعْطَى لِعَاصِى
Aku pernah mengeluh kepada Waki’ tentang buruknya hapalanku,
Maka ia menunjukiku agar meninggalkan maksiat
Karena hapalan adalah karunia Allah
Dan karunia Allah itu tidak diberikan kepada pelaku maksiat.
6. Manfaatkanlah usia muda untuk menuntut ilmu, meskipun usia tua bukan penghalang menuntut ilmu.
Hal itu, karena belajar di masa kecil seperti mengukir di atas batu, sedangkan belajar di masa tua seperti mengukir di atas air, karena disibukkan oleh banyak urusan. Meskipun begitu, Allah Subhaanahu wa Ta’ala berkuasa menjadikan seseorang kuat hapalan walaupun usianya telah lanjut.

7. Hendaknya Penuntut Ilmu Hadir dalam Keadaan yang Rapi dan Baik
Oleh karena itu, hendaknya ia tidak datang dalam keadaan menahan buang air, lapar, pikiran sedang risau dan sebagainya.
8. Bekerja Tidaklah Menghalangi Untuk Belajar
Para sahabat semuanya bekerja, namun setelah mereka bekerja, maka sisa waktunya mereka gunakan untuk belajar agama. Abu Sa’id berkata, “Kami berperang dan membiarkan seorang atau dua orang untuk mendengar hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu keduanya menceritakan kepada kami sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu kami juga menceritakan; kami katakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.” (HR. Ibnu ‘Asakir).
9. Bertahap Dalam Menuntut Ilmu
Hendaknya seorang penuntut ilmu mendahulukan yang terpenting di antara sekian ilmu, seperti ilmu tentang aqidah dan ibadah, serta yang dibutuhkan pada saat itu.
10. Harus Sabar
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Yahya bin Katsir, ia berkata, “Ilmu tidaklah diperoleh dengan jiwa-raga yang santai.”
11.   Demikian juga hendaknya seorang murid, tidak memilih jenis ilmu menurut dirinya sendiri. Bahkan hendaknya ia serahkan masalah itu kepada guru. Karena guru memiliki pengalaman tentang hal itu.
12.   Duduk yang sopan. Oleh karena itu, hendaknya ia tidak bersandar. Demikian juga hendaknya ia tidak duduk dengan duduk orang yang sombong, yaitu dengan menaruh kaki yang satu di atas kaki yang lain.
13.   Hendaknya ia bertanya dengan baik, dan lebih baik lagi jika ia awali dengan mendoakannya, seperti mengucapan “Semoga Allah mengampuni engkau” dan menggunakan kata-kata yang lembut terhadapnya.
Imam Malik berkata, “Abu Salamah bin Abdurrahman bin ‘Auf pernah mendebat Ibnu Abbas sehingga banyak ilmu yang terhalang baginya.” Adh Dhahhak berkata, “Aku tidaklah mengambil ilmu ini dari para ulama kecuali dengan bersikap lembut kepada mereka.”
14. Tidak Malu Dalam Bertanya
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,” (QS. An Nahl: 43)

Aisyah berkata, “Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar, dimana rasa malu tidak menghalangi mereka belajar agama.”
Oleh karena itu, hendaknya seorang penuntut ilmu tidak malu bertanya, karena ilmu itu perbendaharaan, sedangkan kuncinya adalah bertanya.
Meskipun begitu, hendaknya ia tidak banyak bertanya kecuali jika dibutuhkan, tentunya dengan sikap sopan dan beradab.
15. Hadir di majlis sebelum guru datang.
16.Tidak memotong pembicaraannya.
17. Hendaknya ia memuliakan guru tanpa berlebihan. Hal itu, karena ia membawa kitabullah dan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
18. Diam memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru.
Sufyan Ats Tsauriy rahimahullah pernah berkata:
اَوَّلُ الْعِلْمِ اْلإِسْتِمَاعُ ثُمَّ الْإِنْصَاتُ ثُمَّ الْحِفْظُ ثُمَّ الْعَمَلُ ثُمَّ النَّشْرُ
“Ilmu diawali dengan mendengarkan, lalu memperhatikan, kemudian menghapalnya, lalu mengamalkan kemudian menyebarkan.”

Dn.com/evi_permatasari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar