Salah satu ciri masyarakat Islami adalah sikap saling menghormati; saling pengertian, bahkan saling mengalah untuk memberi orang lain kebahagiaan. Karena itu, Rasulullah SAW bersabda, “Allah merahmati orang yang penuh pengertian saat menjual, saat membeli, dan saat mengambil kebijakan.” Sebab, kehidupan dunia ini sangat cepat dan banyak keinginan dunia kita yang belum tentu tercapai maka mari kita optimalkan peluang pahala lewat amalan-amalan ringan.
Suatu hari, Rasulullah SAW bertanya, “Siapa yang puasa hari ini?” Semua terdiam, Abu Bakar kemudian ber kata, “Aku.” Rasulullah SAW bertanya lagi, “Siapa yang mengantar jenazah hari ini?” Semua terdiam. Abu Bakar berkata, “Aku.” Rasulullah bertanya lagi, “Siapa yang menjenguk orang sakit hari ini?” Semua terdiam. Abu Bakar berkata lagi “Aku.” Rasulullah pun ber kata, “Bila terkumpul itu pada diri seorang, (seperti pada Abu Bakar) tak ada balasan yang pantas kecuali surga.”
Karena itu, kata Ibnul Qayyim, setiap kali engkau merasa perbuatan baikmu adalah sesuatu yang kecil saja, niscaya ia menjadi besar di sisi Allah; dan setiap kali engkau merasa telah berbuat baik yang besar, niscaya ia menjadi sedikit dan kecil di sisi Allah. Maka, amalan-amalan yang kita kira kecil atau sepele, sesungguhnya besar nilainya di sisi Allah SWT, bah kan hanya berkata “baik” sekalipun.
Ketika kita ditanya, “Apa kabar?” Jawab an kita biasanya, “Baik.” Namun, ta hukah kita dari mana asal kata baik itu? Ia berasal dari bahasa Arab, labaik. Lebih jauh, ucapan itu adalah sunah Rasulullah SAW. Aisyah meriwa yatkan, “Tidaklah aku dapati seseorang yang akhlaknya lebih bagus dari Rasulullah SAW. Apabila dipanggil oleh sahabat atau keluarganya, dia selalu menjawab (labaik).” Atas perilaku Ra sulullah SAW yang mulia itu, Allah SWT memujinya (QS al-Qolam: 4).
Maka, Ibnul Qayyim memberikan contoh, boleh jadi saat kau tertidur lelap, pintu-pintu langit tengah diketuk oleh puluhan doa; dari orang miskin yang telah kau tolong; dari orang lapar yang telah kau beri makan; dari yang berse dih dan telah kau hibur; dari orang yang berjumpa denganmu dan kau berikan senyuman; dari orang yang galau dan berbagi denganmu; karena itu jangan pernah meremehkan amal an-amalan kebaikan sekecil apa pun ia.
Semua contoh amalan ringan di atas harus dibarengi dengan niat yang lurus dan ikhlas. Mengapa? Sebab, penyakit syirik ashgar atau riya dapat menjangkit pada siapa saja, bahkan seorang yang alim. Rasulullah bersabda, “Maukah kalian kuberitahu tentang sesuatu yang menurutku lebih aku khawatirkan terhadap kalian daripada (fitnah) dajal?” Para sahabat berkata, “Tentu saja”. Beliau SAW berkata, “Syirik khafi (yang tersembunyi), yaitu ketika seseorang berdiri mengerjakan shalat, dia perbagus shalatnya karena mengetahui ada orang lain yang memperhatikannya.” Wallahua’lam bissawab.
(Santri Tv/Rafi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar