Jumat, 14 Desember 2018

UJian untuk Belajar bukan Belajar untuk Ujian

Cidokom,(11/12). Alhamduillah, hari demi hari telah usai sudah minggu pertama Ujian Semester Satu di Pondok Pesantren Annur Darunnajah 8, kini saatnya seluruh santri untuk bersiap kembali guna melanjutkan ujian pada minggu berikutnya.Banyak sekali hal-hal yang terjadi dan harus digaris bawahi oleh setiap santri. Diantaranya seperti cara belajar santri, sudahkah para santri menemukan cara yang sesuai dengan dirinya kemudianjuga sudah benarkah niat para santri dalam menghadapi ujian tersebut.

Tentunya, hal diatas memang selalu menjadi pertanyaan yang tidak boleh dianggap remeh oleh para santri karenahal tersebut dapat menjadi problem dalam ujian, bahkan dalam menjalankan kesehariannya di pondok pesantren, khususnya bagi santri baru. Tak jarang banyak santri yang tidak betah lantaran niat yang salah.

Mengenai hal ini marilah kita membuka lagi Al-quran, dalam firman-Nya Allah Swt, menciptakan manusia dengan perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut termaktub dalam Al-quran, surat Al Hujarat ayat 13, Allah Swt berfirman ; “ Wahai umat manusia, sungguh Kami ciptakan kalian dari seorang laki-laki dengan seorang perempuan, serta Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa juga bersuku-suku supaya kalian saling mengenal, bahwasanya orang yang paling mulia di tengah-tengah kalian bagi Allah merupakan orang yang paling taqwa di antara kalian; sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Memahami “.

Hal lain diungkapkan oleh Howard Gardner atau Antony Wilker salah satu tokoh  pendidikan dan psikologi mencetuskan teori kecerdasan majemuk atau multiple intelligences, yang menyatakan ada tujuh jenis kecerdasan manusia:

  1. Kecerdasan Bahasa atau linguistik: terdiri dari kemampuan untuk berfikir dalam kata-kata, dan meggunakan bahasa untuk mengungkapkan dan mengapresiasi makna yang komplek.
  2. Kecerdasan Logika matematika: kemampuan untuk menghitung, mengukur, mempertimbangkan dalil atau rumus, hipotesis dan menyelesaikan operasi matematik yang kompleks.
  3. Kecerdasan Intrapersonal: merujuk pada kemampuan untuk membangun anggapan yang tepat pada seseorang dan untuk menggunakan sejenis pengetahuan dalam merencakan dan mengarahkan hidup seseorang.
  4. Kecerdasan interpersonal: kemampuan untuk memahami orang dan membina hubungan yang efektif dengan orang lain.
  5. Kecerdasan Musik atau musikal: kepekaan terhadap titik nada, melodi, irama dan nada.
  6. Kecerdasan Visual dan Kecerdasan Spasial: kemampuan untuk mengindera dunia secara akurat dan menciptakan kembali atau mengubah aspek-aspek dunia tersebut.
  7. Kecerdasan kinestetik: kemampuan untuk menggunakan tubuh dengan trampil dan memegang objek dengan cakap.

Kemudian sesuai dengan perkembangan penelitiannya, pada tahun 1990-an, Howard Gardner memasukkan kecerdasan yang ke delapan yaitu kecerdasan alamiah (naturalis).

  1. Kecerdasan Alami atau Kecerdasan Naturalis: kemampuan untuk mengenali dan mengklasifikasi aneka spesies, tumbuhan atau flora dan hewan fauna, dalam lingkungan.

Jelaslah sekarang bahwa setiap manusia, diciptakan dengan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, oleh sebab itu santri itu sendirilah yang harus mencari bagaimana cara belajar yang tepat bagi dirinya, dan cara belajar dapat kita temukan dengan bantuan teman, kakak kelas maupun ustadz-ustadz yang terlibat dalam proses pembelajaran. “Temukan lah cara belajarmu, karena Allah boten sare, tidak tidur.”, ujar Al Ustadz Towil Akhirudin S.S.I.

Adapun hal yang kedua, masalah niat kita dalam segala sesuatunya, mengenai hal demikin santri sudahlah semenjak kelas 1 TMI dalam mata pelajaran hadits. Rasulullah SAW, bersabda : “Innamal A’maalu Binniyaati…“. Sesungguhnya segala sesuatu itu terletak pada niatnya. Maka dari itu dalam syiarnya, sering kita mendengar bahwa, “Ujian itu untuk Belajar, bukan Belajar untuk Ujian.”. Kenapa demikian ?, karena inilah ciri dari pondok modern yaitu evaluasi. Dengan adanya ujian kita dapat mengetahui, memahami, dan paling penting kita dapat mengambil hikmah dari ujian tersebut.

Sesungguhnya hal yang demikian tidak lain untuk lebih mendekatkan diri kita kepada sang pencipta ialah Allah Swt, sebagai hambanya yang mengharap ridho-Nya.

By. Rifal Mustaqim

Red. Sri Rama Prayogo

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar