DARUNNAJAH.COM,Serang,Banten.Tarbiyah adalah bahasa arab yangjika di artikan dalam bahasa indonesia dapat diartikan sebagai pendidikan sedangkan ta’lim adalah pengajaran. seringkali seseorang salah mengartikan pendidikan dan pengajaran dan hanya mengartikanya sebagai pendidikan yang ada di kelas seperti hanya guru mengajar.tetapi sebenarnya ini adalah sebuah pemikiran yang salah yang dapat membuat anak salah menafsirkan pedidikan dan berakhir dengan stress berlebihan dan membuat semangat anak dalam belajar menurun.
pemikiran ini adalah pemikiran yang harus diubah karena pendidikan bukanlah hanya proses belajar mengajar yang ada di kelas dengan sebatas mengajar materi yang telah di tentukan sekolah tersebut tetapi, makna pendidikan adalah semua hal yang diberikan oleh guru untuk murid demi menunjang kehidupan yang lebih baik di masa depan murid tersebut.
Menurut Dr. Adian Husaini dalam bukunya pendidikan islam: membangun manusia yang berkarakter dan beradab, pendidikan islam adalah satu betuk amal nyata dalam berjihad di jalan Allah dalam aktivitas dakwah dan menyiapkan generasi mendatang unggul.Sedangkan pengertian pendidikan menurut Mohamad Natsir adalah suatu pimpinan jasmani dan ruhani menuju kesempurnaan kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti. Namun, semua pengertian di atas pada intinya adalah membangun sumber daya manusia secara utuh baik intelektual, emosional dan spritualnya. Sehingga, membentuk manusia yang berkepribadian muslim sejati sesuai ajaran al-qur’an dan sunnah. Dalam al-qur’an, Allah juga menjelaskan tentang adanya pendidikan :
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha bijaksana” ( Al-Baqarah :129)
Secara garis besar, pendidikan islam sering diartikan sebagai tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Ketiga makna di atas sering disalahartikan oleh kebanyakan orang. Bahkan, ketiganya dianggap mempunyai arti yang sama. Padahal, ketiga kata itu memiliki arti yang berbeda. Kata “tarbiyah” berasal dari kata rabba yang artinya pendidik sekalian alam. Kata ini diulang dalam al-qur’an sebanyak 169 kali dan terhubungankan dengan beberapa obyek yang berbeda, misalnya alam, manusia, binatang dan yang lainnya. Sebagaimana disebutkan dalam al-qur’an :
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.(Al-Isra’: 28).
Menurut Syed Naquib Al-Attas, kata tarbiyah ini kurang memiliki makna yang tepat untuk pendidikan islam. Sebab, obyeknya tidak di khususkan pada manusia sebagai makhluk yang paling sempurna diantara ciptaan-Nya yang lain. Menurut beliau, tarbiyahmengandung pengertian hanya menyinggung aspek fisikal dan emosioanal dalam pertumbuhan dan perkembangan pada binatang dan manusia. Sehingga, kata ini kurang tepat digunakan sebagai makna pendidikan islam yang ditujukan untuk membentuk manusia universal (insanul kamil). Sebagaimana disebutkan dalam al-qur’an :
” Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya), maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya,” Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya)” (Al-Qhasas: 18).
Sedangkan ta’lim hanya terbatas pada pengajaran dan pendidikan kognitif saja. Sehingga, peran otak lebih mendominasi pada tataran ini. Jika otak sebagai ujung tombaknya maka akan berakibat pada menghilang nilai-nilai yang ada dalam agama islam. Wal hasil, mereka menganggap ilmu dan agama adalah sesuatu yang terpisahkan. Hal inilah yang memicu timbulnya pemikiran sekulerisme, liberalisme dan paham lain yang berasal dari barat. Dimana, tujuan dari semua itu adalah untuk menghancurkan islam dalam berbagai bidang, termasuk dalam pemikiran.
Padahal, menurut Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi antara ilmu dan agama adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling berhubungan satu sama lain. Ketika seseorang yang mempunyai ilmu tanpa di dasari dengan pengetahuan agama maka berakibat pada hancurnya tatanan di masyarakat. Misalnya, seorang dewan yang mempunyai jabatan penting di tingkat kabupaten. Pada suatu hari dia tidak mempunyai uang untuk kebutuhan hidup dan biaya sekolah anaknya. Jika seorang dewan ini tidak memiliki kekuatan agama yang kuat maka berbagai macam cara dilakukan untuk mendapatkan uang meski dengan mengambil dana yang ada di tingkat provinsi ataupun dengan jalan lain yang tidak halal. Oleh karena itu, menurut Syed Nakuib Al-Attas, pengetahuan yang harus didahulukan (fardhu ‘ain)adalah ilmu agama. Sebab, agama merupakan rem dalam hidup di dunia ini. Apalah artinya kalau motor melaju kencang tanpa adanya rem yang kencang. Semua itu akan berakhir dengan kecelakan pada diri sendiri.
Ketika konsep tarbiyah dan ta’lim tidak sesuai dengan ajaran yang ada di dalam islam maka ta’dib lah yang menjadi konsep yang sesuai dengan ajaran islam. Sebagaimana disampaikan oleh Syed Naquib Al-Attas dalm bukunya the concept of education in islam, a framework for an philosophy of education :
“Ta’dib already includes within its conceptual structure the elemen of knowledge (‘ilm), instruction (ta’lim), and good breeading (tarbiyah). So that there is no need the refer to the concept of education ib islam as tarbiyah-ta’lim-ta’dib all together”
Struktur konsep tarbiyah sudah mencakup unsure-unsur ilmu (‘ilm), instruksi (ta’lim), dan pembinaan yang baik (tarbiyah). Sehingga, tidak perlu lagi dikatakan bahwa konsep pendidikan islam adalah sebagaimana yang yang terdapat dalam tiga serangkai konotasitarbiyah-ta’lim-ta’dib. Sehingga, konsep ta’dib ini sudah mencakuptarbiyah dan ta’lim serta mengandung unsur hikmah ilahiyah.Sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW :
“Sesungguhnya aku ke dunia ini hanya untuk menyempurnakan akhlak”.
Dari hadist di atas sangat jelas kalau misi nabi Muhammad adalah akhlak bukan hanya pada tatanan tarbiyah dan ta’lim saja. Hal ini sesuai dengan makna yang terkandung dalam ta’dib yaitu pengenalan dan pengakuan terhadap realita bahwasanya ilmu dan segala sesuatu yang ada terdiri dari hirearki yang sesuai dengan aktegori-kategori dan tingkatan-tingkatannya, dan seseorang itu memiliki tempatnya masing-masing dalam kaitannya dengan realitas, kepasitas, potensi fisik, intelektual dan spiritual (Wan Mohd Nor Wan Daud : Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas). Wallahu a’lam bis-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar