Menulis Adalah Mengeluarkan Isi Pikiran (Dan Kadang Juga Perasaan)
Oleh: Ahmad Awaludin
”Membaca adalah memasukan kata-kata ke dalam diri, semakin banyak membaca tentu kata-kata yang dimasukkan semakin bertambah banyak. Menulis adalah mengeluarkan isi pikiran dan kadang juga isi perasaan dengan bantuan kata-kata. Kata-kata yang membantu mengeluarkan isi pikiran dan juga kadang perasaan adalah kata-kata yang sudah tersedia dalam diri. Apabila kata-kata yang tersedia itu sedikit, maka menulis akan mengalami kesulitan dan tersendat-sendat”.
Belakangan ini saya sering menulis bebagai topik ringan tentang apa saja, apa yang saya anggap menarik dan menggelitik saya tulis. Belajar mengungkapkan isi pikiran dan kadang juga perasaan lewat tulisan. Ada perasaan puas dan bahagia ketika menyelesaikan sebuah tulisan, ada kesenangan tersendiri ketika jari ini mulai menari di atas keyboard.
Walaupun jarang membeli koran atau majalah, namun saya rutin membacanya tiap hari. Ketika ada waktu luang saat sebelum mengajar dan setelah mengajar atau ketika ada jam kosong saya sempatkan diri mampir ke ruang tata usaha (TU) untuk membaca koran terbitan terbaru.
Tidak semua halaman saya baca. Biasanya halaman depan, halaman tajuk/opini, halaman ke sembilan dan pastinya tak ketinggalan halaman olahraga di koran harian Republika. Bila ada tulisan yang menarik, saya akan mencarinya di portal www.republika.co.id kemudian copy-paste untuk saya simpan di laptop sebagai rujukan bila nanti saya menulis tentang topik tersebut.
Sekolah tempat saya mengajar berlangganan koran republika dan majalah tempo dengan tujuan untuk meningkatkan minat baca yang tentunya akan membuka dan menambah pengetahuan serta wawasan guru tentang pendidikan, teknologi, sosial dan politik yang terjadi dan berkembang tiap saat.
Minat baca orang Indoneisa menempati peringkat 60 dari 61 negara, masih sangat rendah dibandingakan dengan negara tetangga seperti Singapuran dan Malaysia, seperti yang diungkapkan oleh kepala Perpustakaan Nasional, Muh Syarif Bando. Berbanding lurus dengan pembaca koran dan majalah di sekolah, dari 75 guru dan administratur hanya sekitar 5-10 persen yang membaca, artinya yang aktif membaca koran dan majalah sekitar 3-6 orang tiap harinya.
Kecintaan membaca memang harus ditumbuhkan sejak dini dan kesadaran pentingnya membaca harus dikobarkan. Anjuran untuk membaca telah ada sejak 1500 tahun lalu lewat wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam surat Al Alaq yaitu “Iqro”. Bacalah, begitulah arti dari wahyu Allah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Dari membaca lahirlah cendekiawan muslim yang masyhur hingga kini, seperti Ibnu Sina dengan ilmu kedokterannya, Al Khawarizmi dengan ilmu matematikanya dan dari Indonesia lahir Buya Hamka dengan tafsir Al Azhrnya serta Quraish Shihab dengan tafsir al Misbahnya. Dengan membaca dan menulislah mereka menghasilkan karya-karya fenomenal yang dapat kita rasakan manfaatnya hingga kini.
Kegemaran membaca saya mulai saat sekolah SD dengan membaca buku-buku cerita, dalam satu minggu bisa menamatkan 2 buah buku cerita yang saya pinjam dari perpustakaan sekolah. Berlanjut saat sekolah MTs mulai membaca koran, masih teringat setiap minggu membeli koran bekas kiloan untuk di baca dan dibuatkan kliping, kliping itu hingga saat ini pun masih tersimapan di rumah orang tua. Kegemaran membaca berlanjut hingga masuk ke Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta, tiap istirahat pertama dan ishoma selalu menyempatkan untuk berdiri di depan etalase koran dinding yang terdapat di samping lapangan badminton menikmati berita yang disajikan.
Saat berada di pelosok Sumatera Selatan tahun 2002-2004 kegemaran membaca pun tak luntur walaupun terkendala dengan akses informasi. Saat itu koran Pelita menjadi bacaan harian saya saat senggang, koran yang saya baca hari ini adalah terbitan bulan lalu yang baru sampai dikirim lewat pos, tetap saja ada kenikmatan dan kepuasan membaca walaupun informasinya telah berlalu.
Seperti yang diungkapkan pada paragraf pertama di atas, bahwa membaca adalah memasukkan kata-kata ke dalam diri, semakin banyak membaca tentunya semakin banyak perbendaharaan kata yang tersimpan dalam diri.
Dan tulisan ini adalah hasil dari mengeluarkan isi pikiran dan juga isi perasaan saya melalui kata-kata yang sudah terseda dalam diri. Tulisan ini adalah hasil dari memasukan kata-kata (membaca) ke dalam diri yang dilakukan setiap hari sejak saya masih usia sekolah dasar. Kemauan untuk membaca harus terus diistiqomahkan agar kaya akan perbendaharaan kata, sedangkan kemampuan untuk menulis harus terus ditingkatkan dengan berlatih mengeluarkan isi pikiran atau pun perasaan lewat kata-kata yang dituangkan dalam selembar kertas atau di layar laptop dan sejenisnya.
Salam literasi!!!
Jakarta, 040319
Tidak ada komentar:
Posting Komentar