Mengikat Persahabatan Abadi
Hidup kita mengalir mengikuti alur cerita yang telah di tetapkan oleh Sang Maha Kuasa. Kita tidak pernah menduga akan hidup dengan siapa, bertemu dengan siapa, dan berteman dengan siapa. Kita juga tidak pernah tahu ujian dan cobaan seperti apa yang akan kita hadapi di dalam kehidupan kita.
Kehidupan ini sagatlah luas, kawan. Tersimpan di dalamnya ribuan misteri yang tak mudah dipecahkan bagi yang menjalaninya, tanpa ada bantuan dari Sang Pencipta.
Dialah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang membantu kita dengan memberikan fitrahnya untuk saling mengenal dengan sesama, entah pria dengan wanita, orang tua dengan yang muda, orang kaya dengan orang miskin, orang kota dengan orang desa, sehingga terjalinlah ikatan persahabatan di antara mereka.
Sebagaimana firman Allah di surat Al-Hujurat ayat 13 yang artinya: “Wahai manusia, sungguh Kami telah ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.”
Dalam bersahabat, materi, ketampanan fisik dan cerdasnya akal pikiran bukanlah hal penting yang perlu diperhatikan. Akan tetapi, iman, akhlak dan ketaqwaan seseoranglah hal yang menjadi patokan utama. Apa gunanya orang yang kaya jika tidak memiliki iman.
Apa gunanya orang yang tampan jika tidak memiliki akhlak. Dan, apa gunanya orang yang cerdas jika tidak memiliki ketaqwaan. Firman Allah di surat Al-Hujurat ayat 13 yang artinya: “…sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa, sungguh Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”
Sahabat adalah cerminan kehidupan kita. Semakin baik sahabat kita, semakin baik pula pribadi kita. Sebaliknya, semakin buruk sahabat kita, semakin buruk pula pribadi kita.
Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasululloh SAW yang artinya: “Abu Musa berkata, bahwasanya Nabi SAW bersabda: Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang jelek, bagaikan penjual minyak wangi dan tukang besi.
Penjual minyak wangi bisa mengadiahkan minyak wangi padamu atau engkau memebeli darinya. Adapun tukang besi, jika tidak membakar bajumu atau engkau mendapat bau busuk darinya.” (HR.Bukhari). Itulah yang digambarkan oleh Rasululloh SAW.
Sahabat yang baik adalah ia yang menyebarkan wewangiannya kepada kita, yang selalu kita harapkan kehadirannya, karena adanya ia akan selalu menolong kita dari jurang kemaksiatan dan membawa kita ke dalam lembah kebahagiaan. Sementara sahabat yang buruk adalah ia yang menularkan penyakitnya kepada kita, yang kehadirannya tidak pernah kita harapkan, karena adanya ia akan menjauhkan kita dari lembah kebahagiaan dan membawa kita untuk terjun ke jurang kemaksiatan.
Kawan, sahabat yang baik selalu mendorong kita dari keterpurukan, selalu membantu kita dalam mengejar impian, dan yang lebih penting lagi, sahabat yang selalu mengingatkan kita kepada Allah setiap kali ia mengingatnya, dan menjalani kerasnya kehidupan ini dengan kebersamaan—kebersamaan yang bukan sekedar kebersamaan—tapi kebersamaan yang mendatangan kebaikan dan mecipratkan kemanfaatan untuk manusia lainnya.
Itulah persahabat sejati, yang bukan hanya membuahkan kebaikan dan mencipratkan kemanfaatan selama hidup di dunia, tapi tetap abadi meski sudah tiada di muka bumi.
Kawan, semoga kita dapat menjalin persahabatan sejati lagi abadi, persahabatan yang dapat diukir dengan indah, penuh berkah dan menyejarah. Aamiin yaa mujiiba-s-saa‘iliin…
[WARDAN/Bim-Bim & Jihad Jundullah]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar