Sabtu, 1 September 2018 merupakan hari yang penting bagi perjalanan sejarah Sekolah Tinggi Agama Islam Darunnajah (STAIDA) Bogor karena mendapatkan kunjungan perdana Monitoring dan Evaluasi (MONEV) dari Kopertais 2.
Adalah Bapak Dr. H. Ujang Saefullah, M.Si selaku Wakil Sekretaris Kopertais 2 yang meliputi Jawa Barat dan Banten hadir langsung ke STAIDA Bogor.
Kedatangan tim monev disambut langsung oleh Kepala STAIDA Bogor, ustadz Musthafa Zahir, S.Pd.I., Lc., M.Ag yang didampingi Kaprodi MPAI ustadz Arizki Ihsan, M.Pd, Kaprodi PGMI ustadzah Nailil Muna Sholihah, S.H.I., M.Si dan beberpa pengurus STAIDA Bogor.
Dalam kesempatan sambutan, ustadz Musthafa menyampaikan kegembiraannya dengan adanya MONEV tersebut karena akan banyak memberikan masukan dan arahan serta bimbingan bagi seluruh civitas STAIDA Bogor yang notabene diibaratkan bayi baru lahir pada tahun lalu.
Adapun Bapak Ujang mengawali paparannya dengan menjelaskan bahwa tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Kopertais adalah Pengawasan, Pengendalian dan Pembinaan.
Selanjutnya ia mengulas bagaimana cara dan langkah-langkah serta tahapan membangun Perguruan Tinggi yang sehat.
Dikatannya bahwa Umat Islam sudah banyak berkorban untuk Indonesia, antara lain via pendirian dan berlangsungnya Perguruan Tinggi Agama Islam di seantero Nusantara. Dalam 7 tahun terakhir ini tidak kurang dari 17 Perguruan Tinggis Islam Swasta (PTIS) yang berdiri, dan tidak kurang dari 137 PTIS di Jawa Barat dan Banten serta 700 PTIS di seluruh Indonesia.
Hanya saja memang harus diakui bahwa kuantitas PTIS tersebut belum berbanding lurus dengan kualitas lulusannya. Hal tersebut dikarenankan masih adanya problematika antara lain dalam bidang manajemen, keuangan yang masih konvensional, dominasi yayasan, minimnya e-learning, tidak updatenya kurikulum dan sebagainya.
Nara sumber juga mengingatkan tentang pentingnya kesejahteraan dosen dengan adanya ruang dosen sejumlah dosen dan income yang memadai, “Buatlah dosen tersenyum!” ungkapnya.
Juga disinggung agar STAIDA Bogor memiliki Sekolah Binaan, laboratorium IPA dan ruang microteaching, terutam untuk PGMI.
Dalam sesi tanya-jawab terungkap urgensi RPS (Rencana Program Studi) yang wajib dimiliki dan dikuasai dosen, menurut Bapak Ujang bahwa ‘Siapa yang naik mimbar tanpa persiapan maka akan turun tanpa penghormatan’.
Unit Kegiatan Kampus dan Mahsiswa juga tidak luput dari arahannya agar diaktifkan Koperasi, Pramuka, Resimen Mahasiswa, Lembaga Dakwah Kampus, Pers dan Jurnalistik, bahkan bisa juga Panduan Suara seperti yang telah membawa nama Universitas Brawijaya mendunia.
Peranan Operator dalam sebuah lembaga PTIS diibaratkan seperti nyawa lembaga karena semua data dan laporan sudah berbasis IT. Oleh karenanya diminta agar para operator juga diberilan penghargaan selayaknya.
Diharapkan juga agar setiap PTIS memiliki keunggulan dan kekhasan masing-masing, terlebih STAIDA Bogor yang memang berbasis pesantren sangat potensial untuk maju berkembang dengan banyaknya starting point yang bagus seperti jumlah mahasantri tahun perdana yang lebih dari 100 orang, kepemilikan tanah wakaf luas, pengurus dan dosen yang relatif muda serta dukungan yayasan yang ideal.
Kunjungan MONEV berlangsung sekitar 4 jam dan diakhiri dengan perfotoan bersama serta makan siang. (wardan/mr. mim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar