Tema alam selalu menjadi kegiatan outdoor yang menarik untuk dilaksanakan, apalagi bagi anak-anak usia sekolah dasar yang memang sudah menjadi fitrahnya pada usia tersebut untuk bermain, dan SD Islam Darunnajah mengkolaborasikannya dalam sebuah kegiatan yang bernama Outbound.
Hujan yang turun sejak semalam tak menyurutkan langkah siswa kelas III SD Islam Darunnajah untuk segera sampai di sekolah sebelum jam 07.00 WIB karena bus akan diberangkatkan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah dibagiakan. Dengan kaos warna abu abu berlengan hijau dipadukan dengan celana panjang hijau bergegas menaiki bus yang telah terparkir rapi di samping lapangan.
Doa perjalanan dilantunkan secara bersama-sama saat bus mulai keluar gerbang sekolah sebagai pengiring langkah agar selamat selama berkegiatan di luar sekolah. Membaca doa perjalanan juga merupakan pengaplikasian nyata dari apa yang telah dipelajarai di sekolah yang kemudian diterapkan dalam akftifitas kehidupan sehari-hari siswa, sehingga ilmu tidak hanya sebuah hafalan dan pengetahuan tapi dipraktikan dan diamalkan.
Jam 09.00 WIB sudah tiba di daerah Cipayung Bogor, dengan menggunakan angkutan kota para siswa diantarakan menuju lokasi outbound yang melewati jalan sempit dan 5 menit sudah sampai. “Pantesan busnya ga bisa sampai tempat outbound jalanannya kecil sih” celetuk salah seorang siswa berjaket saat di dalam angkot.
Ternyata rintikan hujan dari Jakarta terus mengikuti langkah para siswa sampai di kawasan Cipayung ini menambah suasana dingin di kawasan puncak ini. Para siswa menuruni anak tangga yang berkelok untuk sampai di aula untuk menerima jamuan kopi dan snack selamat datang di Pasadena. Hawa dingin membuat siswa begitu menikmati hidangan minuman hangat dan cemilan singkong goreng, yang biasanya anak-anak kebanyakan tidak terlalu suka makan singkong ternyata cukup lahap juga menikmati hidangan ini.
“Singkongnya gurih juga ya, padahal kalau di rumah aku ga suka, tapi kok disini jadi nambah terus ya” ucap salah seorang siswa yang jilbabnya basah kuyup sambil menggendong tas bersarnya yang berwarna hitam itu.
Setelah semuanya berkumpul di aula pertemuan, salah seorang instruktur dari Pasadena menjelaskan secara singkat kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan selama seharian ini. Pada sesi ini ada sesuatu yang menarik saat penjelasan tentang cara menanam padi, terpampang dalam slide gambar-gambar bagaimana proses penanaman padi mulai dari menyiapkan lahan, penaburan benih, penanaman benih, perawatan padi, dan proses pemanenan.
Sesi pertama dalam kegiatan outbound kali ini adalah permainan ketangkasan dan kekompakan, dimulai dengan pembentukan kelompok yang beranggotakan kurang lebih 10 anak tiap timnya. Dilanjutkan dengan permainan ketangkasan memindahkan bola dan telur menggunakan paralon, dibutuhkan kekompakan dan kehati-hatian serta komunikasi antar anggota agar bola dan telur itu dapat dipindahkan ketempat lain tanpa terjatuh.
Naik kerbau memang tidak senyaman naik bus yang bisa senderan dan tiduran, namun naik kerbau akan menjadi sebuah pengalaman tak terlupakan karena begitu berkesan. Sebelum naik banyak siswa yang merasa takut dan juga jijik masuk ke dalam kubangan lumpur sawah, apalagi melihat kerbau yang buang kotoran juga dikubangan yang sama. Ada yang enggan turun ke sawah untuk naik kerbau namun setelah diberikan pengertian dan arahan akhirnya para siswa satu persatu secara bergantian naik kerbau mengelilingi petak sawah.
ih…susah juga ya naik kerbau, kirain gampang tinggal duduk aja eh tahunya harus menyeimbangkan badan juga biar ga jatuh” ucap salah seorang siswa yang mengenakan jas hujan plastik warna kuning. Setelah menaiki kerbau para siswa langsung praktik menanam padi, setiap siswa mendapatkan tiga ikat bibitan padi untuk ditanam.
Para siswa berbaris di sawah kemudian dengan aba-aba instruktur mereka mulai menanam benih padi dengan cara mencelupkan benih padi ke dalam lumpur sampai akarnya masuk ke lumpur. Pada benih dan kedua dan ketiga para siswa mudur kebelakang satu langkah sebagai jarak tanam antar benih padi, itulah yang dinamakan dengan “tandur” atau tanam mundur.
Selesai sudah menanam padi, maka saatnya kegiatan yang mengharuskan para siswanya menggunakan indra penghlihatannya secara jeli dan cermat yaitu menangkap ikan. Ikan telah dilepas pada sebuah kolah yang tidak terlalu dalam dan dengan waktu yang telah ditentukan para siswa dipersilahkan untuk menangkap ikan sebanyak-banyaknya, “coba kalau kolamnya ada lumpurnya pasti lebih gampang nangkapnya” kata salah seorang siswa yang berada di pojokan kolam sambil memegang plastik besar.
“Agar seimbang naiknya harus ada yang berada di sebelah kiri dan sebelah kanan serta jangan banyak bergerak”, ucap instruktur yang mendampingi siswa saat akan menaiki perahu karet untuk mengelilingi danau buatan yang ada di area persawahan. Setiap kelompok mendapatkan kesempatan untuk menaiki perahu karet dan mengelilingi danau dua kali, sebelumnya para siswa diwajibkan untuk mengenakan rompi pelampung dan helm sebagai bagian dari standar keselamatan dalam menaiki wahana perahu karet.
Tidak semua siswa berani menaiki wahana ini, ada yang menyerah sebelum mencoba, padahal wahana ini yang benar-benar memacu adrenalin siswa, permainan ini adalah flying fox. Dimana wahana ini memiliki rentang jarak yang cukup panjang sekitar 100-an meter dari atas lereng bukit meluncur ke tengah area persawahan.
Satu persatu siswa yang berani dan tertantang menaiki anak tangga untuk sampai pada pos flying fox, selanjutnya para siswa yang akan meluncur dipakaikan tali pengaman yang mengikat sebagian badan mereka dan memakai helm. Selanjutnya setiap dua siswa dapat meluncur secara bersamaan dengan mengaitkan tali yang meraka pada sebuah tali sling baja yang akan mengantarkan mereka dengan sensasi terbang menuju tengah sawah.
Teriakan histeris mengiringi para siswa yang meluncur ke area persawahan dengan kecepatan hampir 40 km/jam sebelum akhirnya mereka terayun-ayun ditengah sawah karena tali penahan menghentikan luncuran. Ada rasa lega dan plong saat mereka menceritakan pengalaman menaiki flying fox dan tentunya ini menjadi cerita yang menarik untuk diceritakan pada orang tua saat mereka sampai rumah.
Akhir dari kegiatan outbound kelas III ini adalah berenang bersama sambil membilas kotoran lumpur yang menempel di pakaian dan badan mereka. Shalat jamak dzuhur dan azhar menjadi rangkaian akhir dari kegiatan outbound kali ini sebelum para siswa kembali ke Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar