Ada sebuah ungkapan yang berbunyi, “Buku merupakan jendela dunia” adapula sebuah Mahfudzat atau kata mutiara arab yang berbunyi:
خَيْرُ جَلِيْسٍ فيِ الزَّمَانِ كِتَابٌ
Yang berarti, “Sebaik-baik teman duduk setiap waktu adalah buku”
Dari kedua kata bijak diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa buku sangat bermanfaat untuk manusia, buku menjadi alat bagi manusia untuk melihat dunia, dan buku akan memberikan kebahagiaan bagi manusia yang mau berteman denganya.
Al Jahizh seorang cendikiawan arab merangkai sebuah ungkapan indah untuk menggambarkan tentang buku, ia berkata “Buku adalah teman duduk yang tidak akan memujimu dengan berlebihan, sahabat yang tidak akan menipumu, dan teman yang tidak membuatmu bosan. Dia adalah teman yang sangat toleran yang tidak akan mengusirmu. Dia adalah tetangga yang tidak akan menyakitimu. Dia adalah teman yang tidak akan memaksamu mengeluarkan apa yang kamu miliki. Dia tidak akan memperlakukanmu dengan tipu daya, tidak akan menipumu dengan kemunafikan, dan tidak akan membuat kebohongan”.
Untuk menumbuhkan rasa cinta kepada buku, Pesantren Darunnajah Cipining mewajibkan setiap santrinya untuk selalu membawa buku pelajaran, terlebih dalam suasana ujian (30/11 – 14/12) seperti saat ini, buku menjadi hal yang wajib di pegang oleh santri kemana saja mereka pergi, dengan harapan semakin sering bersama buku, semakin lama membaca buku maka akan semakin banyak ilmu yang akan didapatkan.
Kewajiban untuk membawa buku pelajaran ketika ujian tidak hanya diterapkan untuk santri senior (MTs dan MA) tapi juga berlalu untuk sanlik (santri cilik) atau tingkat MI. Apa saja aktifitas yang mereka lakukan buku tidak lepas dari genggaman tangan mereka. Seperti tiga santri cilik yang bernama Rafi Ahmad (kelas 4 MI), Rafi Akbar (kelas 3 MI) dan Raka (kelas 2 MI) yang sedang asyik membaca buku di bawah pohon bambu yang rindang.
Apa yang mereka lakukan tidak lepas dari intruksi dan kontroling pembimbing sanlik. Di motori oleh santri kelas 6 MI, semua santri cilik selalu membawa buku kemana saja mereka pergi, bila didapati ada yang tidak membawa buku maka akan mendapat teguran dan sanki yang mendidik dari pembimbing. “semua sanlik harus bawa buku, kalau tidak bawa nanti dipanggil sama ustadz” jawab Akbar.
Tidak hanya untuk dibawa kemana mereka pergi, namun juga harus membacanya, “kata ustadz bukunya harus dibaca, nanti malam kalau lagi belajar ditanya sama ustadz halaman berapa yang dibaca, trus dikasih soal harus bisa jawab” ungkap Ahmad. Dengan di wajibkannya untuk membawa buku serta diterapkannya kontroling oleh pembimbing, tumbuhlah sifat tenggang rasa sesama santri cilik hal ini terlihat ketika sesama santri saling mengingatkan dan saling menegur ketika melihat temannya tidak membawa buku atau membacanya.
Kita semua setuju bahwa buku adalah pilihan yang tepat untuk dijadikan sebagai teman, seperti yang di ungkapkan oleh Al Jahizh diatas. Buku adalah sebaik baiknya teman duduk, buku senantiasa menerima curhatan kita dan tidak akan pernah mencemooh kita ketika membuat kesalahan, itulah teman sejati. Syekh Dr. Aaidh ibn Abdullah al Qarni juga berpendapat tentang buku, “Buku adalah pilihan terbaik bagi orang-orang yang kosong untuk menghabiskan waktu siangnya dan bagi orang-orang yang suka bersenang-senang untuk menghabiskan malam malam mereka”.
Maka bertemanlah dengan buku, habiskanlah siang malammu bersama buku, maka buku akan membawamu ke ujung dunia untuk menikmati semua yang sudah di ciptakan oleh sang maha Pencipta.
(red/Aa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar