Sebagaimana telah kami sebutkan pada tulisan sebelumnya, bahwa tatkala musuh-musuh Islam gagal dalam menentang Islam melalui metode-metode ilmiah, mereka beralih pada konspirasi murahan yang penuh dengki. Mulailah mereka menyebarluaskan kebatilan dan syubhat di seputar pribadi Rasul SAW, lebih-lebih berkenaan poligami beliau.
Mereka melancarkan kepada beliau berbagai tuduhan keji. Mereka menjadikan kebijakan Rasul menghimpun sembilan istri dalam satu waktu sebagai celah dan sarana untuk menohok dan melemparkan kepada beliau. Musuh-musuh Islam itu menyangka bahwa Rasulullah SAW itu seorang yang penuh ambisi syahwat, individualis serta ahli dunia, bahwa beliau juga masih membutuhkan penyucian jiwa, lebih-lebih terhadap urusan nubuwah dan risalah.
Sampai kepada kebohongan-kebohongan lain yang penuh kedengkian, yang dikobar-kobarkan di seputar kisah pernikahan beliau dengan Ummul Mukminin Zainab r.a. serta kisah tuduhan bohong terhadap Ummul Mukminin Aisyah r.a..
Dengan pertolongan Allah Ta’ala, kami di sini akan memulai memberikan bantahan terhadap kebohongan-kebohongan keji ini dengan memfokuskan pembahasan pada poin-poin berikut:
- Poligami bukan merupakan persoalan istimewa bagi Rasul SAW, akan tetapi ia merupakan sunnah kebanyakan para Nabi sebelum beliau.
- Hikmah dibalik poligami Rasulullah SAW, serta faktor-faktor yang mendorong hal itu.
Dalam paragraf ini, kami akan sedikit membicarakan rincian tentang
- Kisah bohong (Haditsul ifki)
- Pernikahan Nabi SAW dengan Zainab r.a..
Sunnah Para Nabi dahulu dalam Berpoligami
Telah kami sebutkan yang lalu bahwa mengumpulkan beberapa istri itu merupakan perkara yang telah berlaku di lingkungan orang Arab, sebelum datangnya Islam dalam kontek umum.
Sekarang kami akan mengkhususkan pembicaraan tentang nabi-nabi besar dari kalangan bani Israil, sebab mayoritas orang-orang yang menentang poligami Rasul SAW, merekalah para orientalis dari kalangan Yahudi dan Nasrani.
- Poligami Abul Anbiya’ lbrahim a.s.
Dahulu Nabi Ibrahim a.s. mempunyai tiga orang istri, sesuai yang tertera dalam Taurat dan Injil.
- Hajar
Ia adalah ibu Ismail a.s., hal itu tertera dalam kitab Perjanjian Lama, pada kitab Pembentukan, pasal 16. Di antara nash yang disebutkan, “Lalu Hajar melahirkan seorang anak dari lbrahim. Ibrahim memanggil anaknya yang dilahirkan Hajar dengan nama Ismail.”[1]
- Sarah
Ia adalah ibu Ishaq as.. Hal itu tertera dalam Kitab Pembentukan, pasal 17, disebutkan di dalamnya, “Allah berfirman kepada lbrahim: Saraya itu istrimu. Kamu jangan memanggil namanya Saraya. Tetapi namanya adalah Sarah. Ia akan melahirkan untukmu seorang anak. Dan kamu memanggil namanya Ishaq. ”[2]
- Qaturah
Ia adalah ibu Zamran, Baqsyan, Madan, Madyan, Basybaq, Syuha. Hal ini tertera dalam Kitab Pembentukan pasal 25, di dalamnya disebutkan, “Lalu lbrahim kembali dan mengambil seorang istri yang bernama Qothurah. Kemudian Qathurah melahirkan untuknya Zamran, Baqsyan, Madan, Madyan, Basybaq dan Syuha.”[3]
- Poligami Nabi Ya’qub a.s.
Adalah Nabi Ya’qub a.s. mempunyai empat orang istri, mereka adalah:
- Liata
la melahirkan dari Ya’qub lima putra dan satu putri. Mereka adalah Raubin, Syam’un, Laawiya, Yahudza[4], Zabulun dan Dinah.
- Rahil
Ia melahirkan dari Ya’qub dua putra, yaitu Dana dan Yusuf a.s.. Taurat menyebutkan sebagaimana berikut ini:
“Allah menyebut Rahil dan Allah mendengarkan doanya dan membuka rahimnya, lalu ia pun mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia berkata, ‘Allah telah menghilangkan aibku.’ la memanggil nama anaknya dengan Yusuf, seraya berkata, ‘Semoga Rabb menambah kepadaku seorang anak laki- laki lain.’[5] Dan Dana itulah nama untuk Benyamin, saudara kandung Yusuf a.s..”
- Zilfata
Ia adalah ibu dari Jada dan Asyir. Sebagaimana terdapat dalam nash berikut :
“Tatkala Liata melihat dirinya sudah berhenti melahirkan, ia pun mengambil Zilfata, budak perempuannya dan ia berikan kepada Ya’qub: Jada dan Asyir.”[6]
- Balihata
Ia adalah ibu dari Naftali. Ia adalah seorang budak perempuan Rahil yang diberikan kepada Ya’qub sebagai istri, sebagaimana terdapat dalam teks berikuti ini:
“Lalu Ya’qub memberi Rahil Balihata, budak perempuannya sebagai istrinya. Lalu Ya’qub menggaulinya, Balihata pun mengandung dan melahirkan untuk Ya’qub seorang putra, lalu ia panggil namanya dengan Naftali.”[7]
- Poligami Nabi Musa a.s.
Dahulu Nabi Musa memiliki tiga orang istri, yaitu :
- Shafurah
Ia adalah salah satu anak perempuan yang diberi minum oleh Musa a.s.-. Lalu dinikahinya dan melahirkan untuk Musa: Jursyum.[8]
- Seorang wanita Kusyiah
Sebagaimana tertera dalam kitab Ulangan pasal 12:
“Maryam dan Harun berbicara kepada Musa disebabkan wanita Kusyi yang diambilnya dan ia benar-benar telah mengambil seorang wanita Kusyi.”[9]
- Binti ‘Al-Qaini
Telah tertera pada Taurat bahwa Musa a.s. telah menikahi di antara mereka. Sedang teksnya pada kitab Para Hakim sebagai berikut:
“Dan putra-putra Qaini adalah iparnya Musa.”[10]
- Poligami Nabi Dawud a.s.
Adalah Nabi Dawud mempunyai sembilan istri. Kami hanya cukup menyebutkan sebagian karena ruang yang sempit.
- Mikal
la adalah putri Syawal. Telah tertera dalam Taurat bahwa Syawal memberi Dawud Mikal, putrinya, sebagai istri Dawud.[11]
- Abyajal
Dulunya ia istri Nabal. Tatkala Nabal meninggal, Dawud mengirimkan utusan kepadanya untuk menjadikannya sebagai istrinya. Kemudian Abyajal segera berangkat dengan mengendarai himar bersama 5 putrinya. la berjalan di belakang utusan Dawud dan jadilah ia istri Dawud.[12]
- Akhyanu’am al-Bazar lliyah
Telah tertera dalam pasal 27:
“Dan Dawud tinggal di Akhyasy pada seorang tukang nujum bersama kedua istrinya: Akhyanu’am al-Bazar dan Abyajal, istri Nabal al-Karmaliyah.”[13]
- Ma’akah binti Tylmay
- Majits
- Abyathal
- ‘Ajalah
Seluruh nama-nama istri ini telah tertera dalam Kitab Samuel ll dengan lafadz :
“Dan dilahirkan untuk Dawud anak-anak laki-laki di Hibran. Adalah yang perawan bernama Amnun dari istri, Akhyanu’am al Bazar lliyah, sedang perawan yang kedua bernama Kailab dari istri Abyajal, ketiga adalah Absyalom, anak laki-laki Ma’akah binti Tilmay, keempat Adnawiya bin Majits, kelima Syaftiya bin Abyathal, keenam Yatsar’am dari istri Ajalah. Mereka semua dilahirkan untuk Dawud di Hibrum.[14]
Setelah kedatangan Dawud a.s. dari Hibran dan menjadi raja bagi bangsa lsrael, ia mengambil sejumlah budak perempuan dan wanita merdeka dari Ur Syulaim sebagaimana disebutkan dalam teks pada Samuel ll pasal 5:
“Dawud juga mengambil beberapa budak perempuan dan wanita merdeka dari Ursyulaim setelah kedatangannya dari Hibran, sehingga juga dilahirkan untuk Dawud beberapa anak laki-laki dan perempuan. Dan inilah nama-nama mereka: Syammau’, Syaubab, Natsan, Sulaiman, Yajar, Alyasyu’, Natij, Yafi’, llyasyma, Bada’ dan Alyaflath.”[15]
- lstri-istri Nabi Sulaiman a.s.
Adapun Nabiyullah Sulaiman a.s., maka Taurat menyebutkan bahwa beliau mempunyai 700 wanita pembesar dan 300 budak perempuan. Inilah teks sebagaimana yang tertera dalam Kitab Raja-Raja 1, pasal 11:
“Adalah Sulaiman memiliki 700 wanita pembesar dan 300 budak perempuan.”[16]
- Poligami dalam Syari’at Isa a.s.
Sudah diketahui bahwa al-Masih, lsa a.s. datang sebagai pembenar sebagian besar syari’at yang dibawa oleh Musa a.s., sekaligus sebagai penyempurna syari’atnya, bukan sebagai penghapus. Sebagaimana yang tertera dalam Injil Mathius.
“Janganlah kalian kira aku ini datang untuk menghapus Namus atau para nabi. Tidaklah aku datang untuk menghapus, tetapi untuk menyempurnakan.”[17]
Dari sini dapat dipahami bahwa al-Masih, lsa a.s. mengakui syari’at sebelumnya, di mana di dalamnya terdapat poligami.
Dalam seluruh kitab Injil tidak ada satu pun nash yang melarang Poligami. Bahkan dalam beberapa surat, Paulus telah ditanya tentang syarat seorang uskup, pendeta dan koster, ia katakan:
“Seyogyanya seorang Uskup -tanpa cela dan aib- mempunyai istri seorang wanita saja.”
Demikian pula halnya dengan para pastur dan pendeta.
Secara lahir hal itu dapat dipahami bahwa tokoh-tokoh agama itu Wajib merasa cukup dengan satu istri saja, apabila ia tidak mampu menjalankan kependetaan. Adapun selain tokoh-tokoh agama, maka mereka berhak menikahi sejumlah wanita yang mereka kehendaki, sehingga hal itu bukan hal yang haram bagi mereka.
Berdasarkan pemahaman ini, banyak dari kalangan orang-orang Nasrani dahulu menikah lebih dari satu. Di antara yang perlu diingat bahwa Raja Perancis, Napoleon telah berargumen dengan hal itu, lalu ia menikah dengan istri kedua di hadapan Paus, sedang Paus sendiri tidak melarangnya. Di sana banyak peristiwa yang sama sebagaimana yang telah lalu, seperti kisah Martin Luther dan yang lain.
Dengan keterangan di atas, jelaslah bagi setiap orang yang mempunyai akal bahwa seluruh Nabi a.s. benar-benar telah mempraktikkan poligami. Dan hal itu tidak bertentangan dengan kewajiban dan sasaran nubuwwah.
Adapun yang mengherankan dari para orientalis yang mempunyai kepentingan dari kalangan Yahudi dan Nasrani adalah mereka mengerahkan kritik mereka untuk melancarkan tuduhan terhadap Nabi Muhammad SAW, serta berpura-pura tidak mengetahui nash-nash yang ada pada kitab-kitab mereka yang mana poligami itu merupakan konsep para nabi mereka, sedangkan para orientalis itu menisbahkan diri kepada mereka, kendati kitab-kitab itu telah mengalami perubahan.
Penutup para nabi, Rasulullah SAW adalah seperti para rasul yang lain yang telah melakukan poligami supaya beliau menjadi teladan yang baik bagi seluruh manusia sepanjang zaman dalam menempuh jalan lurus, yang bisa menghadapi realita kehidupan manusia, serta kebutuhan fitrah manusiawi tanpa meremehkan maupun berlebih-lebih.
Sekarang marilah kita paparkan hikmah dibalik poligami Nabi SAW dengan mengarahkan pandangan pembaca mulia untuk memperhatikan bahwa tulisan ini mempunyai perbedaan jauh dari apa yang telah kami bahas pada bagian permulaan kitab berupa biografi istri-istri Nabi SAW supaya dapat memberikan contoh baik dan teladan mulia dari sejarah hidup mereka. Semoga Allah meridhai mereka semua. Hikmah Poligami Nabi Muhammad bisa dibaca DISINI. [WARDAN/DR]
Sumber: Mereka Adalah Para Sahabiyat
Footnote:
[1] Kitab suci, Kitab Pembentukan pasal 16 paragraf 15.
[2] Kitab Suci, Kitab Pembentukan pasal 17 paragraf 15-20.
[3] Kitab Suci, Kitab Pembentukan pasal 25 paragraf 1-2.
[4] Kitab Pembentukan pasal 29 paragraf 21-25 dan pasal 30 paragraf 21.
[5] Kitab Pembentukan pasal 30 paragraf 23-24.
[6] Kitab Pembentukan pasal 30 paragraf 9 dan 12.
[7] Kitab Pembentukan pasal 30 paragraf 5 dan 8.
[8] Kitab Pembentukan pasal 2 paragraf 21-22.
[9] Kitab Bilangan pasal 12 paragraf 1 dan 2.
[10] Kitab Para hakim pasal 1 paragraf 16
[11] Samuel I pasal 12 paragraf 28.
[12] Samuel I pasal 25 paragraf 38-40.
[13] Samuel l pasal 27 paragraf 2-4.
[14] Samuel II pasal 3 paragraf 2-5.
[15] Samuel II pasal 5 paragraf 13-16.
[16] Raja-Raja pasal 11 paragraf 3-4.
[17] Injil Mathius pasal 5 paragraf 17-18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar