Suasana ramai dan berisik mulai terdengar saat jam sarapan pagi. Seluruh santri berburu ke stand pengambilan makanan untuk mengambil jatah makan mereka masing- masing. Ada dari mereka yang membawa piring di tangan kanan dan gelas ditangan kirinya. Suasana yang akan jarang ditemukan di kehidupan luar pesantren.Perjuangan untuk makan pun dimulai. Santri yang datang pertama, akan mendapat jatah nasi dan lauk yang pertama.
Budaya mengantri, beginilah suasana di lingkungan pondok pesantren, santri hidup di pesantren, bersamaan dengan banyak orang, satu kepentingan yakni belajar dan banyak kebiasaan. Semua itu harus mereka jalani dengan baik,itulah miniatur kehidupan. Kehidupan tersebut harus kita warnai dengan nilai nilai kesantrian. Maka nikmatilah kehidupan pesantren bukan untuk dikeluhkan tapi dijalani sebagai sekolah kehidupan.
Ngantri adalah salah satu fenomena yang paling populer. Sebabnya mudah ditebak, fasilitas terbatas, jumlah santri yang sangat banyak, otomatis harus ngantri. Tidak sekedar antri tetapi juga sanggup memaknai sehingga mendapat pahala dan hikmah. Intinya antri adalah hal yang sangat mendidik, dan mempunyai kemanfaatan yang entah itu dilihat dari kacamata psikologi ataupun sosial.Mengantri mungkin membuat sebagian santri kesal, namun lama kelamaan budaya itu akan melekat dan mendarah daging, yang sebenarnya tengah mengajarkan realitas kehidupan, di antara disiplin, tertib, sabar, tidak saling mendahului, dan menghargai sesama. Dengan demikian, seorang santri adalah orang yang sanggup tertib ditengah masyarakat, menghargai siapa yang dulu dan siapa yang kemudian. Dan itulah budaya santri adalah mengantri,jika dia tidak mau mengantri berarti dia bukanlah santri yang sesungguhnya. (LISAN/RSB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar