DARUNNAJAH.COM – JAKARTA, Kamis 19 Oktober 2017, menjadi hari istimewa bagi Pondok Pesantren Darunnajah, Ulujami, Jakarta Selatan. Pasalnya, Darunnajah mendapat kunjungan 50 peserta Konferensi Jurnalisme Agama dengan tema “Reporting Religion in Asia”. Termasuk 20 dari luar negeri, dan 20 pakar komunikasi/jurnalisme. Mereka datang dari berbagai negara, dari Asia, seperti Pakistan, India, Bangladesh, Srilanka, Nepal, Myanmar, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Korea Selatan. Juga ada peserta dari Australia, Amerika Serikat, Canada, Denmark dan Italia. Kunjungan mereka diterima langsung oleh Pengurus Pesantren, Dewan Guru, dan seluruh santriwan/santriwati Darunnajah.
Konferensi ini berlangsung dari tanggal 17-19 Oktober 2017, membahas bagaimana jurnalis seharusnya meliput agama dan kehidupan beragama di negara/daerahnya masing masing, guna menghindari kecenderungan yang salah dari jurnalis/media dalam meliput agama karena masalah yang kompleks, pelik dan sensitif. Konferensi ini juga menjadi ajang untuk menunjukkan kepada dunia luar kerukunan kehidupan beragama di Indonesia.
Kegiatan yang merupakan kolaborasi antara International Association of Religion Journalists (IARJ), Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) dan Universitas Multimedia Nusantara ini adalah yang pertama kalinya di Asia. Para peserta sepakat Indonesia adalah tempat yang ideal mengembangkan genre ini, mengingat keragaman agama di Indonesia dan sejarah panjang pengalaman komunitas beragama hidup berdampingan dengan rukun dan damai.
Adapun kunjungan ke Pesantren Darunnajah, merupakan bagian penting dari rangkaian kegiatan Konferensi Jurnalisme Agama, guna melihat sistem pendidikan pesantren modern dan perannya menanamkan nilai-nilai toleransi, cinta dan damai yang hidup di Indonesia.
Dengan memainkan musik hadrah dan bershalawat, dan menampilkan banyak aktraksi, para santri Darunnajah menyambut kunjungan para jurnalis. Para tamu menikmati kunjungan mereka sambil berkeliling area Darunnajah.
“I am happy to visit this Islamic Boarding School that is very much inclusive in accepting everyone with open arms in the midst of a rise of extremist groups on behalf of religion, (“Saya senang mengunjungi Pondok Pesantren ini yang sangat inklusif dalam menerima setiap orang dengan tangan terbuka di tengah bangkitnya kelompok ekstremis atas nama agama,”) kata Editor untuk The Statesman India, Uday Basu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar